top of page

Menjadi Pribadi yang Mendalam untuk Mengikuti Tuhan

Updated: Mar 22

Bacaan Puncta : 1 Raja-Raja 10 : 1 - 10

Dibuat Oleh : Fr. Gabriel Bagas Wicaksono


Melalui bacaan pertama esok hari, sekurang kurangnya ada 2 punctum yang saya tangkap dan mau saya bagikan. Punctum pertama terkait dekadensi rohani Raja Salomo. Pada awal memerintah, Raja Salomo merupakan raja yang taat pada hukum hukum Tuhan dan dengan cara itu ia dibentuk dan membentuk dirinya. Kita juga tahu bahwa ia juga meminta hikmat kepada Allah. Akan tetapi di masa tuanya, ia mulai membagi-bagi hatinya. Ia tidak terpaut hanya dengan Allah saja tetapi juga mengikuti ilah-ilah yang lain Mengapa bisa begitu? Ia mengikuti istri"nya yang dari berbagai suku dan menyembah ilah" istrinya. Ia memberikan persembahan juga pada ilah-ilah tersebut. Allah tidak sepenuhnya ditinggalkan tapi yang lebih cocok adalah diduakan oleh Salomo.


Dalam proses formasi kita sebagai calon imam, tidak menutup kemungkinan kita mengalami kemerosotan rohani pula. Ya memang bukan dalam bentuk menduakan Tuhan dengan mengikuti ilah-ilah lain. Akan tetapi bibit-bibit kemunduran bisa muncul ketika misalnya dulu waktu masih seminaris atau tahun rohani, hidup doanya lebih sering dan lebih subur, tapi sekarang lebih jarang berdoa, semakin kering dan semakin malas untuk berdoa. Bibit yang dibawa itu kemudian tumbuh hingga saat ini, misalnya di jam-jam rohani pribadi memilih melalukan kegiatan lain yg tidak sesuai dengan jadwal rohani. Misalnya bermain gadget. Nah ini sebenarnya bentuk kemerosotan rohani, menjauhkan diri dari Tuhan. Dengan kata lain, saat bermain gadget, seharusnya kita memanfaatkan waktu untuk bertemu dengan Allah malah dimanfaatkan dengan “kepentingan” yang lain. Melalui hal ini saya menawarkan pertanyaan untuk permenungan, adakah “ilah-ilah” yang membuat kita membagi-bagi hati kita dan tidak sepenuh hati mengikuti kehendak Tuhan?


Punctum yang kedua terkait dengan relasi Salomo dengan istri istrinya. Berdasarkan kemerosotan rohani salomo di atas mau menunjukan bahwa relasi dengan Allah itu tidak kuat. Salomo lebih memilih ilah lain karena ia lebih mencintai istri-istrinya. Ia terikat dengan istri-istrinya. Apakah salah terikat dengan istri? Iya dalam hal ini menjadi Masalah karena Salomo melanggar Ketetapan Allah dengan memiliki istri yang berjumlah seribu orang. Dia sangat tidak menghargai Putri Firaun dengan memiliki byk istri. Kebijaksanaannya terasa lenyap begitu saja dengan tidak bijaksana dalam berumah tangga.


Dari sini mau menunjukan bahwa Salomo terikat pada keinginan hawa nafsu. Satu tidak cukup dan tidak disyukuri sehingga mencari cari yg lain. Mungkin juga dalam hal politik ia haus kekuasaan sehingga menikahi berbagai wanita dan berbagai suku untuk memperluas kerajaannya. Hikmat Salomo sudah tidak kuat dan pada akhirnya ia tenggelam pada hal hal duniawi yang semakin menjauhkan dirinya dari Allah.


Dalam menjalani panggilan sebagai calon imam, tawaran tawaran menjauhkan diri dari Tuhan itu banyak sekali. Ketika kita terikat pada hal yang sementara, maka ikatan itu juga ikatan yang semu. Romo Andy pernah berkata bahwa panggilan itu ya ikut Tuhan. Ikut Yesus. Oleh karena itu perlu menancapkan relasi kita secara mendalam terhadap-Nya. Kalau motivasi panggilan dari awal itu ikut Yesus, ya mau ada temannya keluar atau diberi tugas berat oleh formator pasti tidak akan terpengaruh.


Melalui hal tersebut, Kita diingatkan dan diajak untuk mengikatkan diri kepada Allah sebagai tujuan kita. Kita juga diajak mensyukuri bahwa Allah mau memberikan anugerah panggilan sebagai calon imam. Jika kita tidak terikat kuat dengan Allah, semakin memudahkan kita terbawa oleh arus dunia. Setidak-tidaknya kita diajak untuk menjadi pribadi yang mendalam, tidak dangkal, hanya pada permukaan saja.


Gambar : Kupu - kupu saat menjalani retret tahunan di La Verna

62 views3 comments

Recent Posts

See All
bottom of page