Benih-benih Kasih dalam Hati Kita
- Seminari Tinggi KAJ

- 24 Apr
- 1 menit membaca
Diperbarui: 15 Agu
Penulis : Bonaventura Caesario Hapsoro
Minggu prapaskah merupakan salah satu masa yang tepat bagi kita untuk mengolah hidup rohani kita. Pada masa ini kita diajak untuk berpuasa berdoa dan berderma untuk dapat lebih memaknai makna cinta yang sesungguhnya.
Pada minggu prapaskah sebelum Yesus memulai perjalanan penderitaannya, Yesus ingin mengajarkan kita umatnya makna cinta yang sesungguhnya. Bukan Cinta diri melainkan cinta pada orang lain, bahkan pada mereka yang membenci kita. Cinta yang tidak hanya ditunjukkan dengan perkataan saja tetapi dengan tindakan nyata. Setiap manusia diberi kapasitas untuk mencintai namun sering kita gagal untuk mencinta karena berbagai macam hambatan, salah satu alasannya adalah karena kita merasa bahwa kita tidak memiliki kapasitas untuk melakukannya. Pada hari ini kita mendengar perkataan Yesus āAku berkata kepadamu sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh kedalam tanah dan mati Ia tetap satu biji saja tetapi jika mati, ia akan menghasilkan banyak buahā. Dalam hidup kita mari kita merenungkan saat-saat ketika kita perlu ājatuh ke bumi dan matiā demi orang lain. Mengapa kita diajak untuk berpuasa berdoa dan berderma pada masa prapaskah? Yesus telah memberikan kepada kita potensi untuk mengasihi, untuk mencintai. Apakah kita siap menjadi biji yang mati dan berbuah banyak bagi orang lain? Biji-biji gandum itu disediakan oleh Tuhan sendiri dalam hati kita. Pada saat ini juga Yesus mengajak kita untuk mau mati dan mau mencintai sesama seperti seperti Yesus, yang mau memberikan cintanya pada umat manusia dengan mati disalib.
Marilah kita pada masa prapaskah semakin menekan diri pada Yesus melalui doa karena doa membuat kita dapat melihat Yesus dengan lebih jelas dengan demikian kita dapat mencintai dan mengikuti jejak Yesus dalam mencintai sesama kita.









Komentar