"Sukacita Menjadi Saksi Kristus"
- Seminari Tinggi KAJ

- 3 hari yang lalu
- 3 menit membaca
Oleh : Fr. Jacobus Raka Graditya Putra
Bacaan : Matius 11 : 2-11
Halo saudara-saudari terkasih,
Dalam minggu sukacita ini kita sudah mendengar bacaan injil dari Matius 11 : 2-11 tentang Yesus dan Yohanes Pembaptis. Dalam permenungan saya, hal pertama yang saya sadari adalah ketika kita masuk ke minggu Gaudete atau minggu sukacita, kisah yang digambarkan dalam bacaan injil justru sangat tampak bertolak belakang. Kondisi Yohanes Pembaptis sedang berada di penjara. Ruang yang gelap, sempit, dan sunyi. Orang yang selama ini lantang berbicara tentang pertobatan, yang penuh semangat mempersiapkan kedatangan Mesias, kini duduk dalam kesendirian dan penuh tanda tanya. Dari penjara itu Yohanes bertanya kepada Yesus, āEngkaukah yang akan datang itu, atau haruskah kami menantikan yang lain?ā
Yohanes, yang selama ini begitu yakin tentang Yesus, tiba-tiba tampak ragu. Mungkin ia merasa lelah, bingung, atau kecewa. Ia sudah memberikan seluruh hidupnya untuk mewartakan Mesias, tetapi kini ia terpenjara dan tidak melihat hasilnya. Dan dari situ muncul pertanyaan: āTuhan, apakah aku salah? Apa benar Engkau yang aku nantikan?ā Maka Yesus tidak menjawab dengan jawaban ya atau tidak, melainkan Yesus menjawab dengan hal-hal yang sudah kita lihat āOrang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang miskin menerima kabar baik.ā Yesus tidak memberi ceramah panjang. Ia tidak marah karena Yohanes bertanya. Ia hanya berkata: āLihatlah karya-Ku.ā Barangkali Ia ingin mengatakan: āAku bekerja dengan cara yang mungkin tidak kamu bayangkan. Tetapi Aku sedang bekerja.ā
Gaudete atau sukacita bukan berarti tidak ada pergumulan, tetapi keyakinan bahwa Tuhan hadir dan berkarya, bahkan ketika situasinya gelap dan sulit dipahami. Kalau kita melihat kehidupan kita pun mungkin kita punya momen āpenjara batinā seperti Yohanes. Bukan penjara fisik, tetapi: kelelahan dengan rutinitas hidup, konflik kecil dengan teman atau keluarga, rasa tidak dihargai atau tidak didengar, perasaan tidak mampu atau kalah dibanding orang lain, bahkan sampai kehilangan semangat, āTuhan, apa benar ini jalan hidupku?ā dan pada akhirnya kita sering merasa gagal dan bertanya: āUntuk apa semua ini?ā
Dalam momen seperti itu, Tuhan berbicara seperti kepada Yohanes āLihatlah apa yang Aku lakukan.ā Bukan sesuatu yang besar atau spektakuler, tetapi hal-hal kecil yang sering luput dilihat namun sungguh mengubah hidup kita. Sebagai salah satu contohnya adalah kita dapat memiliki kekuatan untuk bertahan satu hari lagi. Kadang karya Tuhan tidak terlihat jelas, tetapi sebenarnya pelan-pelan menumbuhkan sesuatu di dalam diri kita. Seperti lilin Adven yang kecil, tetapi tetap menembus gelap.
Yohanes dipuji Yesus sebagai yang terbesar bukan karena kesuksesan lahiriah, tetapi karena kesetiaannya, meski ia tidak mengerti seluruh rencana Tuhan. Mungkin itu juga panggilan untuk kita: tidak menuntut semuanya jelas sekarang, tetapi tetap berjalan setia. Ada satu kisah rekan saya dari asal Paroki yang sama, rekan saya ini dalam hidupnya ia bekerja sebagai seorang supir, supir seorang imam di KAJ, singkat cerita, ia bekerja sebagai supirnya seorang imam ini hingga ikut imamnya ketika bertugas bermisi di Papua. Dari hal tersebut kita dapat melihat kesetiaan yang begitu besar. Dalam kondisinya sebagai seorang supir itu, yang mungkin bagi kita bukanlah suatu kondisi hidup yang ideal atau kondisi hidup yang kita harapkan, tetapi siapa sangka dalam kondisi yang tidak ideal itu, rekan saya justru merasa terpanggil menjadi seorang imam juga, sehingga ia memutuskan untuk masuk seminari sebagai seorang calon imam Jesuit. Saat ini dia sudah dalam tahun-tahun menjelang tahbisan imam. Namun hal yang perlu kita sadari dari kisah ini adalah bermula dari kesetiaannya bahkan dalam kondisi yang tidak ideal ia bersedia dipanggil menjadi saksi kristus untuk mewartakan sukacita. Semoga dengan cerita ini kita dapat berefleksi dan juga siap menjadi saksi-saksi Kristus untuk mewartakan Sukacita, seperti Yohanes Pembaptis dan juga kisah singkat dari rekan saya diatas.
Sukacita sejati tidak muncul ketika semua sempurna, tetapi ketika kita menyadari bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita, dan Ia bekerja dalam proses yang pelan namun pasti. Maka hari ini, meskipun masih ada lelah, konflik, atau kebingungan, Kita diajak untuk berani berkata: āAku bersukacita, karena Tuhan dekat dan menyertai aku selaluā
Amin.
Minggu Gaudete mengajak kita bertanya dalam hati:
1. Siapa Yesus bagi diriku?
2. Siapa orang yang dipakai Tuhan untuk menguatkan aku?
3. Bagaimana aku dapat menjadi saksi Kristus untuk menghadirkan sukacita untuk orang lain,?
(Marilah kita hening sejenak)









Menginspirasi, ... mantap, Tuhan memberkati