top of page
Postingan Instagram Projak.jpg

“Dipanggil untuk Merendah, Diutus untuk Menerima”

Dibuat oleh : Fr. Aloysius Gonzaga Arif Perkasa

Bacaan Injil : Yohanes 13:16 - 20


“Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."

-Yohanes 13:20-


Saudari-saudara yang terkasih dalam Kristus,” ketika saya menyiapkan permenungan ini, saya secara tidak sengaja mencermati bahwa bacaan-bacaan Injil yang akan kita dengarkan beberapa hari kedepan hingga sampai Hari Raya Kenaikan Tuhan isinya merupakan bacaan-bacaan yang memberikan pesan kepada kita suatu teladan yang mendalam dan penting yang diberikan oleh Yesus. Maka tidak heran jika ketika kita mendengarkan bacaan-bacaan Injil beberapa hari kedepan isinya sangat mendalam ketika Yesus masih bersama-sama dengan para murid-Nya yang diawali dengan pada malam perjamuan terakhir, dalam amanat perpisahannya, dengan berulang-ulang kali.

Dalam kesempatan puncta pada hari ini, dari bacaan-bacaan yang beberapa hari kedepan akan berisi mengenai teladan yang diberikan oleh Yesus, saya lebih tertarik untuk merenungkan dan membagikan hasil permenungan itu dari bacaan esok hari. Bagi saya, selain emosional dan inspiratif, itu juga kontekstual terhadap kita sebagai imam dan calon imam. Ada dua poin utama yang saya renungkan dan ingin saya bagikan

Pertama, Rendah Hati. Mungkin kita sudah seringkali mendengar teladan ini, berulang-ulang kali dan mungkin saja sampai bosan ketika disuarakan di dalam komunitas, namun apakah kita sudah benar-benar menghayatinya atau hanya sekadar angin berlalu begitu saja? Itu menjadi pertanyaan reflektif bagi kita yang bisa kita renungkan bersama. Karena, ini adalah nilai yang dikehendaki oleh Yesus itu sendiri, dan karena kita tentunya yang telah menjadi pengikut-Nya. Dia sendiri yang mengatakan, “Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.” Artinya, jangan kita menganggap diri kita lebih tinggi (Misal, karena Rian Bidum, jadi harus tunduk sama saya, karena Cano ketua angkatan, semua harus memperlakukan saya istimewa, karena saya ini imam/calon imam jadi harus menghargai saya), intinya, kita diminta Tuhan untuk senantiasa rendah hati.

Kedua, mau diutus dengan siapapun. Nilai teladan ini lebih kontekstual bagi kita sebagai imam dan calon imam. Dengan menerima orang yang diutus bersama kita, artinya kita menerima Yesus di dalam diri kita. Memang, pada kenyataannya dalam kehidupan realitas kita masih sulit, masih suka milih-milih ketika pastoral atau perutusan karena dibayang-bayangi oleh “stigma” bahwa dia ini buruk, dia ini begini (Javier tuh begini, Adit tuh begini jadi aku tidak suka) dan enggan untuk menjalani perutusan bersama. Namun, saya terinspirasi perkataan dari Fr. Gading beberapa hari yang lalu, bahwa kita perlu melatih diri kita dari sekarang, biar kedepannya kita bisa menerima sesama kita yang diutus bersama dengan kita. Lantas, yang menjadi pertanyaan dari poin kedua ini ialah, maukah aku membuka hati untuk belajar dan menerima sesama rekan perutusannku?


Gambar : Goa Maria Sawer Rahmat
Gambar : Goa Maria Sawer Rahmat

ความคิดเห็น


bottom of page