Menerima dan Mau Dibentuk oleh Roh Kudus
- Seminari Tinggi KAJ

- 8 Jun
- 2 menit membaca
Diperbarui: 15 Agu
Oleh : Fr. Aloysius Gonzaga Rikito Teguh Santosa
Bacaan Injil : Yohanes 14:15-17
Teman-teman yang baik, bacaan ini merupakan bacaan untuk hari minggu Pentakosta. Bacaan ini menceritakan Yesus yang menjanjikan Roh Kudus kepada para murid-Nya. Saya melihat ada dua pokok yang bisa direnungkan dari bacaan ini.
Pertama, Yesus menjanjikan Roh Kudus yang disebut juga sebagai penghibur dan penolong. Diisyaratkan bahwa Yesus tidak selamanya di bumi, jadi ia menjanjikan Roh Kudus yang akan menyertai dan selalu diam di dalam diri. Roh ini yang menolong kita untuk selalu melaksanakan kehendak Tuhan. Disebut juga roh kebenaran yang punya banyak karunia seperti roh hikmat, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan akan Allah, kesalehan, dan takut akan Allah. Setiap orang pastinya punya karunia roh itu yang membuktikan bahwa roh kudus benar-benar diam dan ada dalam diri kita. (Itu adalah pokok pertama)
Kedua, dunia tidak dapat menerima Roh Kudus. Pokok kedua ini yang saya lihat sepertinya bertolak belakang. Di satu sisi Tuhan memberi roh penolong kepada kita, tetapi di sisi lain manusia adalah bagian dari dunia. Apa artinya manusia akan menolak roh itu? Jawabannya tentu iya dan tidak. Di awal bacaan, kita lihat bahwa Yesus sudah memberi keterangan “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu menuruti segala perintahku”. Mereka yang mengasihi dan menuruti perintah Tuhan Yesus inilah yang bisa menerima Roh Kudus ini. Sedangkan jika tidak, ya mungkin akan menolak. Sebagai manusia, tentu tidak lepas dari kesalahan dan pelanggaran akan perintah Tuhan, sehingga wajar apabila seringkali ada pergulatan antara roh dan keinginan dunia.
Saya memiliki pengalaman dimana saya sebagai manusia menolak roh. Bahkan sering. Pengalaman itu adalah dipalak badut. Ceritanya, saya sering pergi ke Alfamidi di Cempaka Raya untuk belanja kebutuhan atau sekedar menemani teman yang ingin ke minimarket. Saya memang kalau berbelanja selalu pergi ke Alfamidi karena selain lebih lengkap, disana tidak pernah ada anak muda berkostum badut yang suka nongkrong di depan minimarket. Tapi sekitar dua hari yang lalu, saya ingin berbelanja disana, tiba-tiba ada badut duduk di pintu Alfamidi. Saya pun kaget dan ketika akan masuk, badut itu meminta saya untuk membelikan roti untuknya. Saya yang sudah dua kali mengalami “pemalakan” berkedok kasihan itu memohon maaf padanya karena tidak bisa membelikan. Saya tidak seperti Eka yang tergerak hatinya untuk membelikan badut itu roti. Saya bukan Eka. Saya akui, itu merupakan pengalaman dimana roh yang menyuarakan kebaikan, kalah oleh dunia, ya karena dunia tidak mengenal itu.
Tapi jujur saja, meminta Roh Kudus itu bagi saya berat karena, setiap kali saya berdoa mohon roh kudus, bukannya diberi kemudahan, malah diberi kesulitan yang tidak terbayangkan. (jeda) Tapi ternyata itu cara Roh Kudus membimbing. Roh Kudus membuka dan mengeluarkan diri dari zona nyaman yang membuat kita mampu menangkap makna dan mampu menyebarkan kabar gembira. Hal itu juga yang terjadi pada para rasul ketika mereka menerima roh kudus.
Maka untuk merenungkan ini, saya memberikan pertanyaan :
Maukah memohon roh kudus dengan sungguh-sungguh?
Maukah menerima Roh kudus, dan Siapkah kita dibentuk oleh Roh Kudus itu?
Semoga kita siap untuk menerima Roh Kudus itu.









Komentar