"Yesus : Jalan Sukacita dan Pertobatan"
- Seminari Tinggi KAJ

- 7 Mar
- 2 menit membaca
Diperbarui: 15 Agu
Bacaan Puncta : Matius 9:14-15
Dibuat oleh : Fr. Emanuel Bageubaibi Iyai
Pada hari ini, gereja secara universal memasuki masa prapaskah dengan menerimakan abu di dahi. Lambang abu di dahi adalah bentuk tanda pertobatan sekaligus tanda sukacita kita sebagai pribadi yang hidup di dalam Yesus.
Melalui bacaan hari jumat esok yang tadi kita dengarkan, terdapat percakapan antara Yesus dan para murid Yohanes. Para murid Yohanes bertanya kepada Yesus demikian “Mengapa murid-murid-Mu tidak berpuasa seperti kami dan orang Farisi”. Di dalam permenungan saya, saya menyimpulkan bahwa pertanyaan yang diutarakan oleh para murid Yohanes mencerminkan ketidakpahaman mereka terhadap kelompok Yesus. Terlebih tentang perbedaan antara ajaran-ajaran Yesus dan kebiasaan agama Yahudi yang sudah ada.
Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan simbolisme yang sangat mendalam. Ia mengatakan bahwa selama Pengantin Lelaki (Yesus) ada di tengah mereka, bukanlah saat yang baik untuk berpuasa, melainkan untuk bersukacita. Yesus menyatakan bahwa kehadiran-Nya adalah waktu untuk merayakan, bukan untuk berduka. Jawaban Yesus mengajak kita untuk merenungkan bahwa kehadiran Yesus membawa sukacita dan pengampunan dosa yang mendalam. Melalui Jawab Yesus yang simbolik yang kita dengar tadi, kita mengetahui bahwa mempelai sejati yakni Yesus memberikan jalan yang baru menuju pada sukacita dan pertobatan yang sejati. Lantas Yesus seperti apa yang kini menjadi jalanku untuk menuju pada sukacita dan pertobatan yang sejati dalam masa Prapaskah ini ?
Kita tahu bahwa Pribadi Yesus, hadir dalam diri sesama kita yang kita jumpai dalam hidup sehari-hari. Merekalah jalan sukacita dan jalan pertobatan itu. Terkadang, kita seperti para murid Yohanes yang mempertanyakan tentang puasa Yesus dan Para Murid-Nya. Kita merasa bahwa apa yang kita lakukan adalah yang paling benar dan baik, sehingga kita mudah terdorong untuk menghakimi dan menyalahkan orang. Kita mudah menganggap sesama kita yang kita benci adalah orang yang pembawa pertentangan dan kesialan.
Maka Di sinilah Yesus hadir menawarkan diri-Nya sebagai tokoh central untuk menjadi jalan bagi kita dalam mengasihi dan membawa sukacita kepada sesama. Kita diajak untuk belajar menjadi pribadi yang tidak mudah menghakimi dan tidak menganggap dirilah yang paling benar. Maka dalam masa Prapaskah ini, marilah kita saling memahami dengan berlandaskan pada dasar cinta kasih agar kita dapat membangun sikap hati yang mendalam guna menjalani pertobatan sejati dalam Yesus dan memohon pengampuan melalui sang Putra yang mau dan rela memberikan diri-Nya untuk kita.









Komentar