Berdosa karena Mampu
- Seminari Tinggi KAJ

- 27 Feb
- 2 menit membaca
Diperbarui: 15 Agu
Bacaan Puncta : Markus 9:41-50
Dibuat oleh : Fr. Gabriel Bagas Wicaksono
Romo dan teman-teman,
Bacaan Injil yang telah kita dengarkan berbicara mengenai Dosa. Dan kita sebagai manusia tidak akan pernah luput dari dosa. Maka Romo dan teman-teman, pada kesempatan ini saya mau menyampaikan 2 buah punctum.
Punctum yang pertama : “Kita Berdosa karena kita mampu”
Dalam bacaan Injil disebutkan 3 anggota tubuh yakni, tangan, kaki, dan mata. Ketiga anggota tubuh ini menjadi sesuatu yang penting bagi kita. Tanpa tangan, bagaimana kita bisa menggenggam sesuatu untuk dipegang? Tanpa kaki, bagaimana kita bisa berjalan? Tanpa mata, serem sih, iya tapi bagaimana kita bisa melihat? Dengan demikian mau dikatakan bahwa ketiga bagian tubuh ini memiliki kekuatan penting dan juga utama bagi kita dalam melakukan segala hal.
Akan tetapi, karena fungsinya yang penting, tidak jarang kita menyalahgunakannya. Tangan yang seharusnya bisa memberi malah kita gunakan untuk mengambil apa yang bukan milik kita. Kaki yang seharusnya untuk berjalan untuk menuju tempat perutusan malah kita gunakan untuk berlari dari tanggung jawab utama. Mata yang seharusnya kita gunakan untuk membaca sabda Allah malah kita gunakan untuk menyaksikan hiburan yang tidak sehat.
Kalau kita sadari dan renungkan teman-teman, semua tindakan yang baik atau hal berdosa sekalipun kita lakukan karena kita mampu. Khususnya dalam hal dosa. Bukan karena kelemahan kita, kita jatuh dalam dosa. Tetapi justru karena kemampuan kita, kita bisa jatuh dalam dosa. Pertanyaan refleksi yang mau saya bagikan terkait dengan punctum pertama ini, apakah aku sudah menggunakan tangan, kaki, dan mataku terlebih untuk berbuat kebaikan? Atau justru cenderung menggunakan untuk berbuat dosa?
Kemudian, Punctum yang kedua : “Radikal terhadap Dosa”
Dalam bacaan injil kita dengarkan dengan sadis. kalau tangan dan kaki berbuat dosa lebih baik potonglah dan jika matamu berbuat dosa cungkillah. akan tetapi, Memotong dan mencungkil bukan secara harfiah yang dimaksud Yesus, karena dengan tiadanya hal tersebut, dosa tetap berjalan. Tetapi disini, Yesus mengingatkan kita supaya kita bersikap radikal untuk tidak berdosa. Sikap radikal yang dimaksudkan adalah dengan tidak berkompromi atau tawar menawar. Ketika kompromi terjadi, maka dosa terjadi. Walaupun dosa kecil jika kita kumpulkan dan teruskan akan menjadi kebiasaan buruk. Kita diajak meninggalkan kenyamanan dan menyangkal diri kita. Kalau kita nyaman dengan tangan kita dan apa yang kita genggam tinggalkanlah itu. kalau kita nyaman dengan kaki dan pelarian kita dari komunitas tinggalkanlah itu, dan kalau kita nyaman dengan apa yang seharusnya tidak kita lihat tinggalkanlah itu.
Yesus tidak menghendaki kita jatuh dalam dosa. Maka dari itu, Ia mau menyelamatkan kita supaya kita tidak mengalami kehancuran spiritual. Kehancuran relasi kita dengan-Nya.
Maka Romo dan teman-teman, untuk radikal terhadap dosa, kita bisa radikal berdoa. Membangun relasi dengan Yesus agar kita bisa semakin dekat dengannya dan supaya jangan apa yang menjadi kemampuan kita, kita salah gunakan untuk berbuat dosa. Dan jangan lupa untuk saling mendoakan supaya kita semua saling dimampukan dan diampuni dari dosa.
Pertanyaan refleksi untuk punctum kedua ini adalah bagaimana caraku untuk bersikap radikal terhadap dosa? apakah caraku bersikap radikal terhadap dosa selama ini sudah efektif? atau aku harus menemukan cara cara baru untuk bersikap radikal?









Komentar