Memaknai Pertobatan dalam Masa Prapaskah: Hanya Formalitas atau Usaha Transformasi Diri
- Seminari Tinggi KAJ

- 24 Apr
- 3 menit membaca
Diperbarui: 15 Agu
Penulis : Fr. Dominicus Deodimas Putra
Sebagai umat Kristiani, kita mengetahui bahwa masa prapaskah merupakan masa pertobatan. Masa ini kita mulai ketika menerima abu pada hari Rabu Abu. Pada masa prapaskah ini, warna liturgi yang digunakan adalah ungu yang menandakan pertobatan. Masa pertobatan juga ditandai lebih jelas dengan adanya tindakan pantang dan puasa.
Proses selama prapaskah rasa-rasanya memang tidak mudah karena kita mengurangi atau bahkan membatasi hal-hal yang begitu kita sukai seperti contohnya terkait dengan makanan dan minuman. Tidak jarang juga mungkin ada di antara kita yang mengalami kejatuhan saat menghadapi cobaan atau godaan. Akan tetapi, mungkin juga bagi kita untuk merasa kuat dan mampu menghadapi tantangan tersebut. Mungkin juga, ada di antara kita yang lupa atau tidak menyadari pantang puasanya pada masa prapaskah ini.
Pertobatan merupakan proses terus-menerus. Tidak ada di antara kita yang begitu sempurna sehingga tidak mempunyai dosa. Masa pertobatan ini dapat menjadi peluang bagi kita untuk menyadari kembali dosa-dosa dan kekurangan kita. Pertobatan merupakan sesuatu yang begitu dekat dengan kita karena sebagai orang Kristiani yang sudah menerima sakramen baptis dan mempunyai status sebagai anak-anak Allah kita selalu rindu untuk dekat dengan Allah. Ketika berdosa kita menjauh dari Allah akan tetapi, ketika bertobat dan berjuang untuk melakukan kebaikan dan perubahan ke arah yang lebih baik kita kembali mendekat pada Allah. Secara sadar maupun tidak sadar, kita selalu mempunyai keinginan untuk terus memperbaiki diri, menjadi lebih baik, dan mendekatkan diri pada Allah sebagai Sang Sumber dan Tujuan Kehidupan.
Masa prapaskah memang merupakan masa pertobatan yang kita jalani selama 40 hari. Akan tetapi, terdapat sebuah pertanyaan menarik yang dapat kita renungkan bersama. Bagaimana dengan hari ke 41 dan seterusnya? Tentu saja kita semua berusaha untuk menjalani pantang dan puasa kita selama 40 hari. Semua orang pasti memiliki pantang dan puasanya masing-masing dan tentu memiliki pergulatannya masing-masing. Saya percaya dan berharap kita semua berjuang pada masa pertobatan ini. Jika, kita sudah berjuang untuk bertobat dengan berpantang dan berpuasa selama 40 hari lantas, bagaimana dengan hari ke 41 atau sehari setelah masa prapaskah berlalu? Apakah kita akan kembali ke diri kita yang dulu, sebelum masa prapaskah ini ataukah kita menjadi pribadi yang diperbarui untuk menjadi lebih baik? Kita dapat bertanya pada diri sendiri, apakah tobat ini ini hanya kita lakukan karena formalitas sesuai dengan jadwal Gereja universal ataukah karena kita sungguh menyadari bahwa diri kita berdosa dan kerap menjauh dari Allah Sang Terang, sehingga kita ingin memperbaiki diri dan mendekatkan diri kembali pada Allah?
Selama menjalani masa prapaskah mungkin ada di antara kita yang merasa downĀ karena gagal terus dalam melakukan pantang dan puasanya. Mungkin juga down karena selalu jatuh pada dosa yang sama terus-menerus. Mungkin juga downĀ karena walaupun, sudah berdoa pada Tuhan untuk meminta pertolongan agar dapat menjalani masa pertobatan ini dengan baik dan berusaha sekuat mungkin tetap saja gagal dan merasa doanya tidak dikabulkan. Mungkin juga downĀ karena merasa ditinggalkan oleh Tuhan dalam masa pertobatan ini. Rasa-rasanya kita semua mempunyai momen kejatuhan dan kesepian kita masing-masing dalam masa pertobatan ini. Akan tetapi kita perlu ingat bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, Ia mempunyai rencana untuk kita. Jika, pada hari itu kita merasa down, gagal, dan ingin menyerah untuk melakukan pertobatan ingatlah bahwa kasih Tuhan itu tidak berkesudahan, kasih Tuhan itu setia, kasih Tuhan itu tidak ada habis-habisnya, dan selalu baru setiap harinya (Rat 3:22-23).
Jika, kita memperhatikan dinamikanya maka, setelah masa prapaskah selama 40 hari akan ada pekan suci, masa paskah selama 50 hari hingga Hari Raya Pentakosta, dan dilanjutkan dengan masa biasa hingga tahun depannya memasuki masa prapaskah lagi. Hal ini berarti ada waktu yang cukup panjang hingga kita dapat mengalami lagi masa pertobatan. Dengan demikian, apakah semangat pertobatan untuk terus-menerus mendekatkan diri pada Allah dan memperbaiki diri akan terus ada dalam diri kita setelah masa pertobatan ini? Apakah kita akan bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan sesama dan Tuhan ataukah kita akan kembali menjadi pribadi yang dulu ada sebelum masa pertobatan? Dalam menghadapi pertobatan dan tantangannya kita perlu ingat bahwa Tuhan selalu menyertai dan akan membawa kita pada kemenangan atas dosa-dosa kita, āJanganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenanganā (Yes 41:10). Semoga masa prapaskah ini dapat menjadi pengingat bagi kita untuk selalu memperjuangkan pertobatan kita. Marilah kita selalu berpengharapan dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari karena kita rindu untuk dekat dengan Tuhan Sang Kehidupan itu sendiri.
Tuhan memberkati kita semua. Amin.









Komentar