"Rencana Tuhan!"
- seminaritinggikaj
- 23 Apr
- 2 menit membaca
Penulis : Fr. Michael Guntur Panca Danuriko
“Aku heran, kenapa sih Tuhan tidak pernah mendengarkan dan mengabulkan doa-doaku?” keluh Benny di depan Kevin.
“Hah? Maksud kamu gimana sih Ben?” tanya Kevin yang sedang bingung dengan ucapan sahabatnya itu dan Kevin kemudian menjelaskan apa yang membuatnya kesal pada Tuhan.
Benny dan Kevin merupakan dua orang sahabat yang sudah mulai dekat sejak mereka masih duduk di bangku SMA hingga kini lulus dari Pendidikan di perguruan tinggi. Sejak SMA, Benny memang sudah membayangkan sebuah pekerjaan yang akan diincarnya setelah lulus dari kampus pilihannya nanti. Meskipun bisa dikatakan terlalu dini apabila seorang anak SMA membayangkan diri dapat bekerja di sebuah perusahaan tertentu, namun bagi Benny cita-cita tersebut membantunya untuk dapat berusaha semaksimal mungkin dan memberikan yang terbaik dalam usaha mencapai mimpinya itu.
Dari sini dapat dilihat bahwa tidak mengherankan apabila Benny merasa kecewa karena dia tidak dapat bekerja di perusahaan yang selama ini sudah diincarnya. Kekecewaannya lagi-lagi berangkat dari kesadaran akan apa yang telah diperjuangkannya, mulai dari semangatnya dalam belajar, keaktifannya dalam berbagai organisasai yang dapat menunjang keterampilannya untuk dapat bekerja di perusahaan yang diincarnya itu, hingga doa yang selalu dipanjatkannya kepada Tuhan, agar Tuhan memberikan jalan baginya untuk dapat mewujudkan cita-citanya itu.
“Ya tapi sebetulnya kamu enggak boleh berbicara seperti itu, Ben. Belum tentu lho Tuhan itu tidak mengabulkan doa-doa kamu. Bisa jadi, saat ini bukan waktu yang tepat dan Tuhan sendiri sebetulnya lagi mempersiapkan kamu agar di waktu yang tepat kamu bisa bekerja di perusahaan itu.” nasehat Kevin kepada sahabatnya sedang tidak stabil emosinya itu.
“Halah, kamu ini enggak usah terlalu sok religius dan sok mau menenangkan aku deh. Kayak kamu tahu aja apa yang Tuhan pikirkan. Emang kamu Tuhan?” ujar Benny dengan nada yang penuh emosi. Melihat hal itu, Kevin pun tidak memilih untuk berdebat, melainkan memberikan waktu bagi Benny untuk sendiri dan menenangkan dirinya.
Disadari atau tidak, kerap kali banyak orang bertindak seakan sebagai ‘tuhan’ dalam dirinya sendiri. Orang merancang hidupnya sesuai dengan keinginannya dan seakan memaksakan bahwa hidupnya harus seperti itu. Tidak boleh tidak. Sebagai orang beriman yang percaya kepada karya penyertaan dan campur tangan Tuhan dalam hidup, setiap orang memang perlu untuk mempersiapkan yang terbaik bagi kehidupannya di masa sekarang dan di masa depan. Namun, semuanya itu tidak menyiratkan bahwa hidupnya pun harus menjadi seperti apa yang dirancangnya. Setiap orang beriman perlu mempersiapkan yang terbaik dan menyerahkan segala usahanya tersebut kepada Tuhan, agar Tuhan menyempurnakan apa yang telah diusahakan oleh orang tersebut sesuai dengan rancangan Tuhan yang pastinya selalu terbaik bagi setiap orang. Dalam hal ini, sikap terbuka dan bersedia ‘dibentuk’ oleh Tuhan merupakan kunci yang sangat penting.
Tuhan, kami tahu kerap kali kami selalu berkeras diri terhadap apa yang kami anggap baik untuk hidup kami. Kerap kali kami pun sering merasa kecewa karena ternyata kehendak-Mu berbeda dengan apa yang kami kehendaki. Tuhan, kami mohon berikanlah kepada kami hati yang terbuka untuk senantiasa mau dibentuk oleh Engkau sendiri menjadi diri kami yang lebih baik lagi hari demi hari. Amin.

Comentários