top of page

Terbuka pada Kehendak Allah.

Diperbarui: 9 Sep

Bacaan : Ibrani 12:5-7 . 11-13


Teman-teman semua,


Bacaan ini saya pilih bukan tanpa alasan. Bacaan ini saya pilih karena sepintas mengingatkan saya tentang pengalaman bersama dengan keluarga. Akan tetapi, dalam permenungan puncta pada malam hari ini, yang ingin saya maknai adalah kata “menghajar”. 


Menghajar merupakan kata yang berkonotasi negatif. Ketika saya mencari di KBBI, kata menghajar selalu identik dengan menghabisi lawan atau memberikan pelajaran. Selain itu kata menghajar selalu identik dengan memberikan efek jera kepada seseorang. Terkait efek jera, saya jadi teringat pengalaman bersama dengan ayah. Waktu itu, saya dengan adik memiliki satu buah handphone yang dipakai bersama-sama. Saya bersama dengan adik biasanya menggunakan handphone untuk bermain game. Ketika situasi game sedang intense, kami berdua pun memainkannya dengan serius, sehingga keadaan sekitar kami lupakan. Sewaktu-waktu, ayah memanggil dari bawah untuk tidur malam. Akan tetapi, panggilan tersebut tidak kami dengarkan. Walaupun sudah dipanggil berkali-kali, kami tidak menjawab panggilan itu. Akibatnya, kami berdua terkena buah dari kesalahan kami sendiri. 


Teman-teman yang terkasih, dalam pengalaman ini saya mau menegaskan bahwa tujuan dari orangtua melakukan tindakan tersebut memiliki makna yang mulia. Mereka bukan sekedarkan mau memberikan kita pelajaran, tetapi juga ingin membuat anaknya sadar bahwa kesalahan tersebut tidak boleh terulang di kehidupan mendatang. 


Pengalaman mengingatkan dan memberikan pelajaran juga terdapat dalam perjanjian lama, misalkan tentang peristiwa pembebasan bangsa israel dan perjalanan mereka menuju bangsa mesir. Disitu Allah hadir untuk mengingatkan bangsanya agar selalu setia pada diri-Nya, akan tetapi bangsa Israel mudah jatuh ke dalam kesalahan yang sama. Disini saya ingin menegaskan bahwa, anak-anak Allah selalu mengalami tahap ini. Semuanya bermula dari peristiwa dukacita, hingga menjadi sukacita dan menimbulkan kedamaian. 


Sekurang-kurang perihal mengingatkan, saya ingin menegaskan bahwa kita harus jadi pribadi yang terbuka pada Allah yang hadir dalam hidup kita. Allah sendiri tidak pernah berhenti menggapai kita dan mengusahakan kita untuk menjadi pribadi yang baik dalam keseharian. Kedua, kita harus jadi pribadi yang tahan uji dan sabar. Ketika kita diingatkan atau ditegur, kerap kali kita tidak suka akan komentar orang lain. Diri sendiri merasa paling benar, sehingga yang kita bagikan hanya kesombongan bukan kerendahan hati. Maka kita harus intropeksi diri serta tahan uji dan sabar ketika diberikan komentar yang pedas sekalipun. 


Maka dari itu, sebagai orang beriman, sudah sepantasnya kita untuk mengingatkan sesama kita jika ada salah. Contoh dalam hidup di komunitas, kalau ada teman yang berbuat salah janganlah ditertawakan. Allah menghendaki kita untuk bertindak sebagai seorang nabi-nabi kecil yang hadir di dalam komunitas. Kebiasaan yang salah bukanlah suatu yang umum, melainkan tugas kita sebagai tangan-tangan Tuhan yang mau membantu dan menolong teman-teman kita. Sebagai pribadi yang salah kita juga harus jadi pribadi yang terbuka dan tidak cepat berkomentar. Kita semua tentu tidak ingin kesalahan yang sama terulang ketika kita sudah menjadi seorang Imam. Percayalah bahwa dengan kita mengingatkan teman kita yang berbuat salah, akan ada perubahan yang terjadi, walaupun sedikit apapun hasilnya. 

Tuhan Memberkati kita semua.


Gambar : Rosario di bulan Maria
Gambar : Rosario di bulan Maria




Komentar


bottom of page